Peredaran darah serangga disebut lacunar system atau sistem
peredaran terbuka, tidak memiliki rangkaian pembuluh. Darah berada dalam rongga
tubuh atau hemocoel, cairannya disebut hemolimfa. Di dalamnya terdapat
sel/senyawa yang melayang-layang, disebut hemosit. Hemosit asli berasal dari
jaringan mesoderm, yang berasal dari jaringan ektoderm bukan merupakan hemosit
asli. Hemolimfa merupakan cairan berisi hemosit. Bila hanya cairannya saja,
maka disebut serum (tanpa sel/hemosit). Cairan ini berperan dalam melakukan
mekanisme ketahanan tubuh serangga.
Sumber:
http://www.edmart.staff.ugm.ac.id
Satu-satunya pembuluh yang terdapat dalam tubuh serangga
adalah pembuluh dorsal, padanya terdapat lubang-lubang kecil yang disebut
ostia, berfungsi untuk masuknya darah dan oleh adanya denyutan akan terjadi
aliran darah ke dalam (incurrent flow). Pada bagian yang agak ke arah anterior
kadang-kadang terdapat excurrent ostia, sehingga sering juga disebut bahwa
bagian anterior adalah ostia sedang posteriornya "jantung". Tetapi
sesungguhnya ini menerangkan suatu bangunan tunggal, yang berbeda hanya pada
arah aliran darah pada ostianya. Pada ujung depan pembuluh, secara sangat
strategis terletaklah corpora allata dan corpora cardiaca. Sementara itu
terdapat pula otot-otot yang berujung-pangkal di pembuluh, yang disebut sebagai
otot-otot alaria (alary muscles), yang menyerupai sayap. Ini merupakan otot
yang membantu kontraksi jantung -- fase relaksasi atau diastole dan fase
kontraksi atau systole.
Jantung serangga bersifat neromiogenik, artinya kontraksinya
tidak hanya secara otomatis karena adanya otot, namun juga karena adanya
rangsang yang diterima syaraf. Inilah yang memperlancar peredaran. Pada
serangga besar, gerakan sayap atau alat tambahan lain secara fisik juga ikut
membantu peredaran.
Darah serangga mengandung asam amino konsentrasi tinggi
(bukan protein), sedang karbohidrat dalam bentuk trehalosa. Sedang lemak dalam
bentuk senyawa ester digliserida.
Hemolimfa berfungsi utnuk mengendalikan pH dan tekanan
osmotik dengan berbagai mekanisme. Pada umumnya tak berwarna, tetapi ada juga
yang berwarna hijau atau merah. Pigmen dengan mudah diabsorbsi, karenanya
serangga-serangga fitopagus umumnya berhemolimfa hijau. Apabila makanannya
berkandungan karotin tinggi, warnanya jingga-oranye, bercampur dengan warna
asli yang kebiru-biruan muncul warna hijau. Diet tanpa karotin menunjukkan
hemolimfa serangga tetap berwarna biru. Fungsi lain yang juga penting adalah
kandungan hemositnya yang berguna untuk metabolisme dan juga ketahanan tubuh.
Dalam hal ini hemosit berperan untuk mensintesis beberapa produk penting: bahan
sklerotisasi, tirosin dll.
Jenis hemosit ada beberapa macam (sekitar 9 jenis,
tergantung penulis/ahlinya). Ada yang menyatakan semuanya berasal dari satu sel
yang disebut sel induk atau "stem cell" (prohemosit).
Masing-masingnya adalah:
- Sel induk atau prohemosit, berbentuk bulat dengan nukleus besar, dihasilkan oleh organ tertentu pada tubuh serangga yang disebut organ haemocytopoietic (setara dengan tulang sumsum pada mammalia). Organ sesungguhnya belum ditemukan, mungkin dengan mitosis. Prohemosit ada yang bergerak aktif, ada yang diam di tempat.
- Plasmatosit memiliki ujung seperti jari. Ukurannya agak besar, barangkali karena merupakan keturunan pertama prohemsit. Berfungsi penting dalam mekanisme ketahanan tubuh, sebagai agen kekebalan seluler. Dapat bersifat fagositik terhadap benda-benda asing apabila bendanya lebih kecil. Bila bendanya lebih besar akan diselubungi oleh suautu jaringan penghubung (konektiva) yang dibentuk oleh plasmatosit. Ini disebut enkapsulasi.
- Hemosit granuler mungkin merupakan bentuk terminal (akhir), karena banyak dijumpai pada serangga-serangga "tua". Juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan diri.
- Koagulosit dihasilkan oleh serangga-seranggga yang terluka untuk membentuk gel darah, agar sistem peredaran tidak kacau. Merupakan bahan sekresi (setara dengan badan lemak).
- Adipohemosit merupakan penyimpan lemak bahan makanan (setara dengan badan lemak).
- Oenositoid dan sel sferula belum diketahui fungsinya dengan jelas. Demikian juga podosit dan hemosit vermiform yang dijumpai pada genus Spodoptera.
Mekanisme pertahanan diri pada serangga ada dua macam,
yaitu:
- Kekebalan sel, plasmatosit dan granulosit (untuk fagositosis dan enkapsulasi) berperan di sini.
- Kekebalan humoral, untuk menghadapi bahan asing berbentuk cair/bahan-bahan terlarut.
Antibodi di dalam hemolimfa memiliki semacam
"memori". Apabila ada antigen yang menyerang untuk kedua-kali, ab.
masih tetap ingat, dan akan membentuk ab. dalam jumlah yang lebih besar. Ini
disebut "acquired immunity". Sedang kekebalan yang dipergunakan mula
pertama pada waktu ada serangan disebut sebagai "inherent immunity".
Hemolimfa tanpa hemosit mengandung sesuatu yang akan
menyebabkan bahan asing terpresipitasi (terendapkan). Prosesnya disebut
aglutinasi dan dilakukan oleh aglutinin (hemaglutinin). Bahan ini merupakan
bahan non-spesifik, tidak pilih-pilih bahan asing. Juga memiliki kemampuan
bakterisidal, yang menyebabkan bakteriolisis (hingga bahannya disebut
bakterisidin).
Pada uji biotik, diberikan bahan-bahan yang allogenik dan
yang xenogenik. Ternyata bahan-bahan allogenik (berasal dari dirinya sendiri)
tidak di"serang" oleh mekanisme pertahanan tubuh. Bila terdapat
rekahan pada jaringan, misalnya terdapat reaksi hemosit untuk menutup luka,
atau menyelubungi rekahan, akan dibentuk membran yang mengandung suatu bahan
spesifik sehingga dapat dikenali oleh bahan-bahan pertahanan tubuh.
Parasit/bahan asing yang berhasil menyerang inangnya dengan
baik ternyata dapat menghasilkan suatu bahan penyerupa (mimics), yang sama
sifatnya dengan permukaan jaringan asli. Tidak ada bukti bahwa parasit-parasit
demikian mempergunakan bahan milik serangga inangnya. Yang ditiru adalah hasil
kerja hemosit granuler, suatu jenis substansi khemotaktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar