Rabu, 06 Mei 2015

DARAH PADA SERANGGA

Peredaran darah serangga disebut lacunar system atau sistem peredaran terbuka, tidak memiliki rangkaian pembuluh. Darah berada dalam rongga tubuh atau hemocoel, cairannya disebut hemolimfa. Di dalamnya terdapat sel/senyawa yang melayang-layang, disebut hemosit. Hemosit asli berasal dari jaringan mesoderm, yang berasal dari jaringan ektoderm bukan merupakan hemosit asli. Hemolimfa merupakan cairan berisi hemosit. Bila hanya cairannya saja, maka disebut serum (tanpa sel/hemosit). Cairan ini berperan dalam melakukan mekanisme ketahanan tubuh serangga.

Satu-satunya pembuluh yang terdapat dalam tubuh serangga adalah pembuluh dorsal, padanya terdapat lubang-lubang kecil yang disebut ostia, berfungsi untuk masuknya darah dan oleh adanya denyutan akan terjadi aliran darah ke dalam (incurrent flow). Pada bagian yang agak ke arah anterior kadang-kadang terdapat excurrent ostia, sehingga sering juga disebut bahwa bagian anterior adalah ostia sedang posteriornya "jantung". Tetapi sesungguhnya ini menerangkan suatu bangunan tunggal, yang berbeda hanya pada arah aliran darah pada ostianya. Pada ujung depan pembuluh, secara sangat strategis terletaklah corpora allata dan corpora cardiaca. Sementara itu terdapat pula otot-otot yang berujung-pangkal di pembuluh, yang disebut sebagai otot-otot alaria (alary muscles), yang menyerupai sayap. Ini merupakan otot yang membantu kontraksi jantung -- fase relaksasi atau diastole dan fase kontraksi atau systole.

Jantung serangga bersifat neromiogenik, artinya kontraksinya tidak hanya secara otomatis karena adanya otot, namun juga karena adanya rangsang yang diterima syaraf. Inilah yang memperlancar peredaran. Pada serangga besar, gerakan sayap atau alat tambahan lain secara fisik juga ikut membantu peredaran.

Darah serangga mengandung asam amino konsentrasi tinggi (bukan protein), sedang karbohidrat dalam bentuk trehalosa. Sedang lemak dalam bentuk senyawa ester digliserida.

Hemolimfa berfungsi utnuk mengendalikan pH dan tekanan osmotik dengan berbagai mekanisme. Pada umumnya tak berwarna, tetapi ada juga yang berwarna hijau atau merah. Pigmen dengan mudah diabsorbsi, karenanya serangga-serangga fitopagus umumnya berhemolimfa hijau. Apabila makanannya berkandungan karotin tinggi, warnanya jingga-oranye, bercampur dengan warna asli yang kebiru-biruan muncul warna hijau. Diet tanpa karotin menunjukkan hemolimfa serangga tetap berwarna biru. Fungsi lain yang juga penting adalah kandungan hemositnya yang berguna untuk metabolisme dan juga ketahanan tubuh. Dalam hal ini hemosit berperan untuk mensintesis beberapa produk penting: bahan sklerotisasi, tirosin dll.

Jenis hemosit ada beberapa macam (sekitar 9 jenis, tergantung penulis/ahlinya). Ada yang menyatakan semuanya berasal dari satu sel yang disebut sel induk atau "stem cell" (prohemosit). Masing-masingnya adalah:

  • Sel induk atau prohemosit, berbentuk bulat dengan nukleus besar, dihasilkan oleh organ tertentu pada tubuh serangga yang disebut organ haemocytopoietic (setara dengan tulang sumsum pada mammalia). Organ sesungguhnya belum ditemukan, mungkin dengan mitosis. Prohemosit ada yang bergerak aktif, ada yang diam di tempat.

  • Plasmatosit memiliki ujung seperti jari. Ukurannya agak besar, barangkali karena merupakan keturunan pertama prohemsit. Berfungsi penting dalam mekanisme ketahanan tubuh, sebagai agen kekebalan seluler. Dapat bersifat fagositik terhadap benda-benda asing apabila bendanya lebih kecil. Bila bendanya lebih besar akan diselubungi oleh suautu jaringan penghubung (konektiva) yang dibentuk oleh plasmatosit. Ini disebut enkapsulasi.

  • Hemosit granuler mungkin merupakan bentuk terminal (akhir), karena banyak dijumpai pada serangga-serangga "tua". Juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan diri.

  • Koagulosit dihasilkan oleh serangga-seranggga yang terluka untuk membentuk gel darah, agar sistem peredaran tidak kacau. Merupakan bahan sekresi (setara dengan badan lemak).

  • Adipohemosit merupakan penyimpan lemak bahan makanan (setara dengan badan lemak).

  • Oenositoid dan sel sferula belum diketahui fungsinya dengan jelas. Demikian juga podosit dan hemosit vermiform yang dijumpai pada genus Spodoptera.
 
Mekanisme pertahanan diri pada serangga ada dua macam, yaitu:

  • Kekebalan sel, plasmatosit dan granulosit (untuk fagositosis dan enkapsulasi) berperan di sini.

  • Kekebalan humoral, untuk menghadapi bahan asing berbentuk cair/bahan-bahan terlarut.
 
Antibodi di dalam hemolimfa memiliki semacam "memori". Apabila ada antigen yang menyerang untuk kedua-kali, ab. masih tetap ingat, dan akan membentuk ab. dalam jumlah yang lebih besar. Ini disebut "acquired immunity". Sedang kekebalan yang dipergunakan mula pertama pada waktu ada serangan disebut sebagai "inherent immunity".

Hemolimfa tanpa hemosit mengandung sesuatu yang akan menyebabkan bahan asing terpresipitasi (terendapkan). Prosesnya disebut aglutinasi dan dilakukan oleh aglutinin (hemaglutinin). Bahan ini merupakan bahan non-spesifik, tidak pilih-pilih bahan asing. Juga memiliki kemampuan bakterisidal, yang menyebabkan bakteriolisis (hingga bahannya disebut bakterisidin).

Pada uji biotik, diberikan bahan-bahan yang allogenik dan yang xenogenik. Ternyata bahan-bahan allogenik (berasal dari dirinya sendiri) tidak di"serang" oleh mekanisme pertahanan tubuh. Bila terdapat rekahan pada jaringan, misalnya terdapat reaksi hemosit untuk menutup luka, atau menyelubungi rekahan, akan dibentuk membran yang mengandung suatu bahan spesifik sehingga dapat dikenali oleh bahan-bahan pertahanan tubuh.

Parasit/bahan asing yang berhasil menyerang inangnya dengan baik ternyata dapat menghasilkan suatu bahan penyerupa (mimics), yang sama sifatnya dengan permukaan jaringan asli. Tidak ada bukti bahwa parasit-parasit demikian mempergunakan bahan milik serangga inangnya. Yang ditiru adalah hasil kerja hemosit granuler, suatu jenis substansi khemotaktik.

Sumber: http://www.edmart.staff.ugm.ac.id

Senin, 27 April 2015

FITOHORMON : GIBERELIN

Karakter tanaman yang terserang oleh jamur Fusarium heterosporum, pertumbuhan batangnya terjadi secara berlebihan. Hal tersebut disebabkan jamur yang menumpanginya menghasilkan senyawa aktif giberelin (asam giberelat). Saat ini sudah ditemukan 20 jenis giberelin yang diisolasi dari jamur Fusarium antara lain: GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, dan GA9, sedangkan giberelin yang diisolasi dari tumbuhan tinggi antara lain: GA5, GA6, dan GA8.

Sistem Cincin "Gibhane"
Rumus bangun seyawa giberelin ditandai oleh adanya sistem cincin "gibhane". Setiap jenis giberelin perbedaannya ditandai oleh ada tidaknya gas hidroksil pada ikatan rangkap cincin A atau adanya gugus hidroksil antara C dan D. Giberelin ditemukan pada angiospermae, gymnospermae, paku, lumut, jamur, dan bakteri. Konsentrasi giberelin pada organ tanaman tidak selalu sama tergantung dari jenis organ dan umur tanaman. Daun yang muda lebih kaya giberelin daripada daun yang tua. Organ akar merupakan pembentuk giberelin dan mentranslokasikan ke bagian lain melalui xylem. Secara umum konsentrasi giberelin tinggi pada jaringan yang sedang tumbuh dan berkembang.

Fungsi giberelin:
  • memacu perpanjangan batang tetapi pengaruhnya bervariasi dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman
  • memperpanjang sel pada meristem sub-apikal dan merangsang pembelahan sel pada meristem apikal
  • tanaman bit yang mengalami penambahan giberelin akan mengadakan pertumbuhan 6-8 kali daripada yang tidak mendapat perlakuan giberelin
  • pada kacang polong, giberelin merangsang pembelahan pada jaringan meristem sub-apikal dan merangsang perkembangan sel pada jaringan dibawah sub-apikal
  • mampu mengatasi efek penghambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh cahaya merah (infra red)benih di tempat gelap disinari dengan cahaya merah yang redup maka pertumbuhannya akan terhambat dan bila diberi perlakuan giberelin maka pertumbuhannya akan normal
  • akar tanaman pada umumnya tidak begitu jelas responnya terhadap giberelin (kadang-kadang giberelin merangsang pertumbuhan akar)
  • biji yang dorman atau tumbuhan yang dorman setelah menggugurkan daun dapat kembali aktif setelah mengalami perlakuan pemberian giberelin (breaking dormant)
  • merangsang pembentukan bunga, yaitu merangsang terjadinya pertumbuhan vegetatif menjadi generatif
  • mampu mengubah jenis kelamin betina menjadi jantan pada bunga dan mampu meningkatkan pembentukan antheredium
  • meningkatkan pembentukan α amilase dan protease dalam endosperma → merangsang perkecambahan
Sumber : Catatan pribadi kuliah Fisiologi Tumbuhan yang disampaikan oleh Dr. H. Oman Karmana MS (Alm.)
 
RINGKASAN FUNGSI GIBERELIN 

Jumat, 24 April 2015

DINAMIKA POPULASI BURUNG AIR DI RANCABAYAWAK (2009)



Informasi mengenai dinamika populasi burung air di Rancabayawak diperoleh dengan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi pengamatan pada tanggal 11 Maret 2009. Terdapat 2 orang informan yang dianggap cukup kompeten dan bersedia memberikan informasi mengenai keberadaan burung air di lokasi pengamatan.
Pak Kandi dan pak Uju adalah warga kampung Rancabayawak yang sudah lama tinggal di sana. Menurut beliau dahulu di sini terdapat sangat banyak jenis maupun jumlah burung air, diantaranya adalah kuntul (Bubulcus ibis), blekok (Ardeola speciosa), ayam-ayaman, kokondangan (Ixobrychus cinnamomeus), waliwis (Dendrocygna javanica) dan kowak (Nycticorax nycticorax). Luasnya areal pesawahan menjadi tempat yang cocok untuk mencari makan burung-burung ini.
Burung-burung air di sini jumlahnya dapat berlimpah saat musim panen atau saat sawah sedang di bajak, kira-kira sekitar bulan April. Menurut informasi pak Kandi burung-burung air terutama kuntul dan blekok sering terlihat menghampiri kerbau-kerbau yang sedang membajak sawah. Saat musim kerbau membajak sawah semua makanan burung air seperti katak, belut dan lintah bermunculan karena sawah sedang tergenang air. Tidak adanya padi membuat burung air lebih leluasa menangkap mangsanya di sawah.
Saat ini burung air yang lebih mudah dijumpai adalah jenis kuntul kerbau dan blekok sawah. Kedua jenis burung ini bersarang di rumpun-rumpun bambu yang dimiliki oleh seorang sesepuh di Rancabayawak, menurut keterangan pak Kandi sesepuh itu lebih dikenal dengan pak haji. Pak haji inilah orang yang menjaga keberadaan kedua jenis burung air tersebut meskipun terkadang ada saja pendapat warga yang negatif mengenai keberadaan burung ini. Umumnya warga mengeluh karena bau amis yang ditimbulkan oleh kotoran burung ini dan bangkai-bangkai ikan bekas makanan burung ini serta ketakutan warga apabila hal tersebut menimbulkan penyakit.
Lain halnya dengan pak Kandi, beliau memiliki pendapat lain, disamping menimbulkan bau yang menyengat ternyata keberadaan burung air ini memiliki peranan yang penting khususnya bagi petani. Burung ini berguna sebagai pembasmi hama alami. Hama-hama yang merusak padi seperti keong mas merupakan makanan burung ini. Petani dapat menekan pengeluarannya untuk membeli pestisida.
Populasi burung air di tempat ini menurut keterangan pak Kandi menjadi semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh adanya penangkapan yang menurut keterangan pak Kandi dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Ujungberung dan burung hasil tangkapan ini dikonsumsi untuk sendiri, tidak diperjualbelikan. Selain itu beliau juga menjelaskan dulu sebenarnya burung-burung ini tidak menetap di rumpun-rumpun bambu milik pak haji tetapi bersarang di tumbuhan walini yang ditanam di sepanjang pinggir sungai yang letaknya di sebelah timur lokasi pengamatan. Sejak dilakukan pelebaran badan sungai oleh pemerintah daerah setempat, tumbuhan walini tersebut ditebang habis sehingga memaksa burung-burung ini untuk pindah tempat dan mengurangi populasinya karena tidak semua dapat bertahan hidup saat mencari tempat bersarang yang baru.
Keberadaan burung air jenis kuntul dan blekok di Rancabayawak masih menjadi kontroversi dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Pengaruh negatif yang ditimbulkan menjadi sebuah alasan yang kuat bagi warga untuk mengusir burung ini dari habitatnya yang berdampingan dengan tempat tinggal warga. Tetapi kita tidak dapat mengesampingkan pengaruh positif dari keberadaan burung ini yang akan sangat menguntungkan jika kita tahu cara memanfaatkannya.
Informan: Pak Kandi dan Pak Uju, warga Kampung Rancabayawak

Rabu, 22 April 2015

EVOLUSI TUMBUHAN

Salah satu proses yang terjadi dalam evolusi tumbuhan adalah terjadinya evolusi pada poliploidi dan genom tumbuhan. Penggandaan genom/ poliploidi telah dan terus menjadi intisari dalam evolusi tumbuhan. Genom tanaman modern mengandung bukti dari rentetan kelipatan suatu proses poliploidi pada zaman dahulu, yang sering kali diikuti oleh suatu eliminasi penggandaan gen. Poliploidi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ekspresi gen melalui formasi dari suatu poliploidi dan proses evolusi yang berkelanjutan.

Polipliodi adalah suatu proses masa lampau dan berulang yang mendorong terjadinya berkurangnya diferensial gen. Pengertian yang mendalam mengenai poliploidi pada tingkatan molekular sudah mengalami suatu kemajuan ldalam beberapa tahun yang lalu, serentak dengan peningkatan yang bersifat eksponen dalam urutan informasi, ketersediaan informasi biologis, dan pendekatan baru untuk mempelajari ekspresi gen. Kemajuan ini  meningkatkan kesadaran kita mengenai frekwensi dan pemilihan waktu poliploidi, seperti halnya gejala seperti diplikasi gen dan gen yang hilang, dan penganekaragaman fungsional. Bersama dengan kemajuan dalam teori, perwujudan  empiris ini sudah memungkinkan lebih dahulu langkah-langkah bersifat yang sementara mengenai penghubung  antara kesadaran sistematis dan ekologis dari kelaziman poliploidi dan suatu pemahaman  mekanistis tentang penggabungan genome yang menghasilkan keanekaragaman fungsional, dan dengan demikian berperan sebagai penganekaragaman evolusiner dan spesiasi.

Studi masa depan akan menyuling perspektif  kita atas jumlah filogenetik, distribusi filogenetik, dan pemilihan waktu poliploidi selama evolusi angiosperm, dan akan menghasilkan data tepat pada sistem modern secara alami di mana poliploidi berkelanjutan, seringkali proses yang berulang. Banyak informasi terhimpun dari  berbagai sistem model tumbuhan dan  berbagai poliploid  buatan, kita akan lebih baik memahami spektrum  efek poliploidi genomik dan genik dan memperoleh tambahan pengertian yang mendalam mengenai perubahan ekspresi gen pada suatu genome dengan level luas yang mengikuti poliploidi. studi masa depan akan menyuling perspektif  kita atas jumlah filogenetik, distribusi filogenetik, dan pemilihan waktu poliploidi selama evolusi angiosperm, dan akan menghasilkan data tepat pada sistem modern secara alami di mana poliploidi berkelanjutan, seringkali proses yang berulang. Banyak informasi terhimpun dari  berbagai sistem model tumbuhan dan  berbagai poliploid  buatan, kita akan lebih baik memahami spektrum  efek poliploidi genomik dan genik dan memperoleh tambahan pengertian yang mendalam mengenai perubahan ekspresi gen pada suatu genome dengan level luas yang mengikuti poliploidi. orang akan berharap bahwa penggandaan ini, perbandingan analisa akhirnya akan memudahkan suatu kesimpulan aturan dan prinsip yang mengendalikan nasib duplikasi gen, dan akan mendorong peningkatan efek poliploidi pada evolusi dalam morfologi, karakteristik reproduktif, metabolisme dan faktor penting mengenai adaptasi dan spesiasi.

Beberapa agen evolusi tumbuhan:

  1. Evolusi konvergen

Apabila organisme yang berbeda menempati relung ekologi yang serupa (mewakili kondisi yang memungkinkan organisme dapat hidup), perkembangan morfologi mereka cenderung sama. Contohnya, kaktus di padang pasir. Fenomena ini disebut evolusi konvergen.


  1. Hibridisasi

Hibridisasi adalah agen utama dalam evolusi tumbuhan, hal ini antara lain terjadi karena campur tangan manusia dalam mengembangkan spesies tumbuhan baru yang sesuai dengan keinginan mereka. Misalnya pada gandum (Triticale sp.).

  1. Ko-evolusi

Ko-evolusi terjadi pada dua jenis makhluk hidup atau lebih dalam penyesuaian yang disebabkan tekanan seleksi yang diperlihatkan satu terhadap yang lain.

Beberapa contoh ko-evolusi antara lain:
  • Dalam reproduksi
Bunga dan polinatornya (misalnya lebah) sering melakukan ko-adaptasi, mereka mengembangkan hubungan yang saling bergantung dan bersifat mutualisme sejak 130 juta tahun yang lalu, ketika tumbuhan berbunga pertama kali muncul. Evolusi lebah sering bergantung pada evolusi tumbuhan bunga. 

  • Dalam pertahanan terhadap predator
Meskipun tumbuhan mengeluarkan sejenis zat racun untuk mengusir larva serangga yang ingin memangsanya. Tetapi, kadangkala larva tersebut bermutasi sehingga menjadi tahan terhadap racun tersebut bahkan menyimpan racun tersebut di tubuhnya untuk mempertahankan diri dari predator yang hendak memangsanya.

Selasa, 21 April 2015

FITOHORMON : AUKSIN


Hormon baik pada hewan maupun tumbuhan fungsinya hampir sama yaitu mengaktifkan suatu reaksi enzimatis. Pada tubuh hewan hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar yang khusus) tetapi pada tumbuhan tidak terdapat kelenjar khusus yang menghasilkan hormon. Tetapi persamaannya baik pada hormon tumbuhan maupun hormon hewan bekerja pada konsentrasi rendah yaitu 1 gram/ 10-8 liter. Hormon pada tumbuhan dinamakan juga fitohormon, hormon pertumbuhan, substansi pertumbuhan, atau pengatur pertumbuhan, ada yang bersifat aktivator atau inhibitor.

Auksin

Dalam tubuh tumbuhan, auksin dibentuk pada jaringan meristematis (apikal meristem), pada daun muda, pada polen yang sedang berkecambah, pada kuncup bunga dan buah yang masih muda. Prekursor hormon auksin adalah triptofan yang diubah oleh enzim dengan gugus aktif Zn (Zinc). Tumbuhan yang mengalami defisiensi Zn maka pembentukan auksin (IAA) akan terhambat.

Auksin dalam tubuh tumbuhan ditemukan bermacam-macam:
-          Auksin A (C18H32O6) dinamakan juga auxentriolic acid
-          Heteroauksin (C10H9O2N) dinamakan juga indol acetic acid
-          Auksin B (C18H30O4) dinamakan juga auxenolonic acid
Dalam tubuh tumbuhan, auksin berada dalam bentuk prekursor, auksin yang terikat dan auksin bebas. Auksin bebas merupakan auksin yang dapat berdifusi dan merupakan bentuk yang paling efektif, sedangkan prekursor dan auksin terikat dapat diubah menjadi auksin bebas.

Sifat-sifat auksin

-          Auksin terdapat secara universal berada dalam tubuh tumbuhan
-        Pengaruhnya tidak spesifik karena auksin dengan rumus molekul yang sama pada jenis tumbuhan berbeda fungsinya sama
-          Pengaruh auksin sangat bergantung pada konsentrasi dan jenis organ
-          Auksin akan menghindar dari pengaruh penyinaran langsung
-          Auksin diangkut secara basipetal yaitu dari pucuk terminal menuju akar

Derivat enzim

a.       Indol-3-asetildehida senyawa ini diidentifikasi dalam kecambah yang mengalami etiolasi dan diubah oleh aldehid dehidrogenase. Senyawa ini berfungsi seperti auksin merangsang pertumbuhan batang tetapi menghambat pertumbuhan akar
b.      Indol-3-piruvic acid ditemukan dalam biji jagung dan ditemukan juga dalam daun dan akar. Senyawa ini diubah secara spontan
c.       Indol-3-asetonitril senyawa ini diisolasi dari kubis dan hanya bekerja pada jenis tumbuhan tertentu
d.      Indol-3-etanol diisolasi dari kecambah mentimun dan senyawa ini berfungsi memperpanjang hipokotil mentimun dan koleoptil tanaman gandum
e.      Auksin terikat/bound auksin sulit untuk diekstrak dan dapat diekstrak dengan bertambahnya air oleh enzim chimotripsin atau dapat juga dihidrolisis pada suasana basa, contoh: IAA dan inocitol dengan perbandingan 1 : 1; IAA, inocitol dan arabinosa (1 : 1 : 1); indol asetil arabinosa.

Fungsi auksin

1.       Dalam tingkat sel auksin berfungsi dalam perpanjangan sel, pembelahan sel, dan diferensiasi sel dari sel yang muda pembentuk xylem berubah menjadi pembuluh xylem. Sel-sel dalam titik tumbuh tidak dapat membesar tanpa kehadiran auksin. Proses pembesaran sel oleh auksin mekanismenya sebagai berikut:

Seperti telah diketahui bahwa dinding sel tersusun oleh benang selulosa (fibril) yang letaknya saling silang dengan pektin dan protein. Keadaan ini melindungi sel dari tarikan atau regangan. Kehadiran auksin akan memecah kedudukan selulosa, pektin dan protein sehingga dinding sel menjadi lebih elastis dan plastis yang akan memberikan kesempatan kepada sel untuk membesar. Auksin berperan juga pada peningkatan tekananturgor, peningkatan tersebut akan memperbesar sel. Auksin berperan juga menyediakan bahan-bahan pembentuk dinding sel khususnya pembentuk dinding sel sekunder dan ikut aktif juga dalam memelihara permeabilitas membran sel yang akan menentukan aktivitas transportasi dari luar sel ke dalam sel. Auksin berperan juga dalam pembelahan sel pada beberapa jaringan walaupun tidak terjadi secara umum yaitu mengontrol pembelahan sel pada jaringan kambium baik pada ranting atau cabang batang dan pada tanaman herba merangsang terjadinya pembentukan xylem.

Pada tanaman gymnospermae terjadi perangsangan pembentukan zat kayu (lignifikasi) dan pembelahan sel pengiring pada floem, tetapi aktivitas tersebut harus ada aktivitas hormon lain yaitu giberelin dan sitokinin. Pada kultur jaringan dan morfogenesis sangat bergantung dari peran auksin. Auksin merangsang juga sintesis DNA dalam mitosis sedangkan sitokinin berpartisipasi dalam mitosis pada kariokinesis. Auksin merangsang pembentukan akar lateral pada akar yang mengalami pemotongan tetapi menghambat perpanjangan akar. Pembentukan akar lateral sangat bergantung dari spesies, umur tanaman, dan kehadiran hormon lain pada titik tumbuh akar. Untuk perpanjangan akar biasanya diperlukan senyawa thyamin, nitrat, amonium dan asam amino.

2.       Apikal dominan. Auksin menghambat pembentukan pucuk lateral dan merangsang pertumbuhan ujung terminal. Bila pucuk terminal dihilangkan maka akan terbentuk pucuk lateral, bila diberi lagi perlakuan auksin pada pucuk terminal yang mengalami pemotongan, pucuk lateral akan terhambat.

Pengaruh Toksik Dari Auksin

Aplikasi auksin pada konsentrasi tinggi (sektar 100 ppm) akan menyebabkan pertumbuhan yang abnormal (fasciation) umumnya akan terjadi distorsi daun (penyimpangan bentuk dan ukuran daun), hilangnya warna daun, kelainan bentuk batang dan akar, penghambatan pertumbuhan batang dan akar serta gangguan mekarnya bunga dan kadang-kadang terbentuk tumor.

Penggunaan auksin dengan konsentrasi lebih tinggi akan mampu membunuh tanaman lain dan senyawa yang secara luas digunakan adalah 2.4 diklorofenoksi acetic acid (2.4.d). Tanaman yang mengalami penyemprotan 2.4.d, senyawa tersebut akan terserap oleh daun dan dengan cepat ditranslokasi ke bagian tubuh tanaman lain khususnya ke jaringan meristem.

Sumber:
Catatan pribadi kuliah Fisiologi Tumbuhan yang disampaikan oleh Dr. H. Oman Karmana MS (Alm.)