Jumat, 24 April 2015

DINAMIKA POPULASI BURUNG AIR DI RANCABAYAWAK (2009)



Informasi mengenai dinamika populasi burung air di Rancabayawak diperoleh dengan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi pengamatan pada tanggal 11 Maret 2009. Terdapat 2 orang informan yang dianggap cukup kompeten dan bersedia memberikan informasi mengenai keberadaan burung air di lokasi pengamatan.
Pak Kandi dan pak Uju adalah warga kampung Rancabayawak yang sudah lama tinggal di sana. Menurut beliau dahulu di sini terdapat sangat banyak jenis maupun jumlah burung air, diantaranya adalah kuntul (Bubulcus ibis), blekok (Ardeola speciosa), ayam-ayaman, kokondangan (Ixobrychus cinnamomeus), waliwis (Dendrocygna javanica) dan kowak (Nycticorax nycticorax). Luasnya areal pesawahan menjadi tempat yang cocok untuk mencari makan burung-burung ini.
Burung-burung air di sini jumlahnya dapat berlimpah saat musim panen atau saat sawah sedang di bajak, kira-kira sekitar bulan April. Menurut informasi pak Kandi burung-burung air terutama kuntul dan blekok sering terlihat menghampiri kerbau-kerbau yang sedang membajak sawah. Saat musim kerbau membajak sawah semua makanan burung air seperti katak, belut dan lintah bermunculan karena sawah sedang tergenang air. Tidak adanya padi membuat burung air lebih leluasa menangkap mangsanya di sawah.
Saat ini burung air yang lebih mudah dijumpai adalah jenis kuntul kerbau dan blekok sawah. Kedua jenis burung ini bersarang di rumpun-rumpun bambu yang dimiliki oleh seorang sesepuh di Rancabayawak, menurut keterangan pak Kandi sesepuh itu lebih dikenal dengan pak haji. Pak haji inilah orang yang menjaga keberadaan kedua jenis burung air tersebut meskipun terkadang ada saja pendapat warga yang negatif mengenai keberadaan burung ini. Umumnya warga mengeluh karena bau amis yang ditimbulkan oleh kotoran burung ini dan bangkai-bangkai ikan bekas makanan burung ini serta ketakutan warga apabila hal tersebut menimbulkan penyakit.
Lain halnya dengan pak Kandi, beliau memiliki pendapat lain, disamping menimbulkan bau yang menyengat ternyata keberadaan burung air ini memiliki peranan yang penting khususnya bagi petani. Burung ini berguna sebagai pembasmi hama alami. Hama-hama yang merusak padi seperti keong mas merupakan makanan burung ini. Petani dapat menekan pengeluarannya untuk membeli pestisida.
Populasi burung air di tempat ini menurut keterangan pak Kandi menjadi semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh adanya penangkapan yang menurut keterangan pak Kandi dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Ujungberung dan burung hasil tangkapan ini dikonsumsi untuk sendiri, tidak diperjualbelikan. Selain itu beliau juga menjelaskan dulu sebenarnya burung-burung ini tidak menetap di rumpun-rumpun bambu milik pak haji tetapi bersarang di tumbuhan walini yang ditanam di sepanjang pinggir sungai yang letaknya di sebelah timur lokasi pengamatan. Sejak dilakukan pelebaran badan sungai oleh pemerintah daerah setempat, tumbuhan walini tersebut ditebang habis sehingga memaksa burung-burung ini untuk pindah tempat dan mengurangi populasinya karena tidak semua dapat bertahan hidup saat mencari tempat bersarang yang baru.
Keberadaan burung air jenis kuntul dan blekok di Rancabayawak masih menjadi kontroversi dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Pengaruh negatif yang ditimbulkan menjadi sebuah alasan yang kuat bagi warga untuk mengusir burung ini dari habitatnya yang berdampingan dengan tempat tinggal warga. Tetapi kita tidak dapat mengesampingkan pengaruh positif dari keberadaan burung ini yang akan sangat menguntungkan jika kita tahu cara memanfaatkannya.
Informan: Pak Kandi dan Pak Uju, warga Kampung Rancabayawak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar