Senin, 27 April 2015

FITOHORMON : GIBERELIN

Karakter tanaman yang terserang oleh jamur Fusarium heterosporum, pertumbuhan batangnya terjadi secara berlebihan. Hal tersebut disebabkan jamur yang menumpanginya menghasilkan senyawa aktif giberelin (asam giberelat). Saat ini sudah ditemukan 20 jenis giberelin yang diisolasi dari jamur Fusarium antara lain: GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, dan GA9, sedangkan giberelin yang diisolasi dari tumbuhan tinggi antara lain: GA5, GA6, dan GA8.

Sistem Cincin "Gibhane"
Rumus bangun seyawa giberelin ditandai oleh adanya sistem cincin "gibhane". Setiap jenis giberelin perbedaannya ditandai oleh ada tidaknya gas hidroksil pada ikatan rangkap cincin A atau adanya gugus hidroksil antara C dan D. Giberelin ditemukan pada angiospermae, gymnospermae, paku, lumut, jamur, dan bakteri. Konsentrasi giberelin pada organ tanaman tidak selalu sama tergantung dari jenis organ dan umur tanaman. Daun yang muda lebih kaya giberelin daripada daun yang tua. Organ akar merupakan pembentuk giberelin dan mentranslokasikan ke bagian lain melalui xylem. Secara umum konsentrasi giberelin tinggi pada jaringan yang sedang tumbuh dan berkembang.

Fungsi giberelin:
  • memacu perpanjangan batang tetapi pengaruhnya bervariasi dari organ ke organ dan dari tanaman ke tanaman
  • memperpanjang sel pada meristem sub-apikal dan merangsang pembelahan sel pada meristem apikal
  • tanaman bit yang mengalami penambahan giberelin akan mengadakan pertumbuhan 6-8 kali daripada yang tidak mendapat perlakuan giberelin
  • pada kacang polong, giberelin merangsang pembelahan pada jaringan meristem sub-apikal dan merangsang perkembangan sel pada jaringan dibawah sub-apikal
  • mampu mengatasi efek penghambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh cahaya merah (infra red)benih di tempat gelap disinari dengan cahaya merah yang redup maka pertumbuhannya akan terhambat dan bila diberi perlakuan giberelin maka pertumbuhannya akan normal
  • akar tanaman pada umumnya tidak begitu jelas responnya terhadap giberelin (kadang-kadang giberelin merangsang pertumbuhan akar)
  • biji yang dorman atau tumbuhan yang dorman setelah menggugurkan daun dapat kembali aktif setelah mengalami perlakuan pemberian giberelin (breaking dormant)
  • merangsang pembentukan bunga, yaitu merangsang terjadinya pertumbuhan vegetatif menjadi generatif
  • mampu mengubah jenis kelamin betina menjadi jantan pada bunga dan mampu meningkatkan pembentukan antheredium
  • meningkatkan pembentukan α amilase dan protease dalam endosperma → merangsang perkecambahan
Sumber : Catatan pribadi kuliah Fisiologi Tumbuhan yang disampaikan oleh Dr. H. Oman Karmana MS (Alm.)
 
RINGKASAN FUNGSI GIBERELIN 

Jumat, 24 April 2015

DINAMIKA POPULASI BURUNG AIR DI RANCABAYAWAK (2009)



Informasi mengenai dinamika populasi burung air di Rancabayawak diperoleh dengan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi pengamatan pada tanggal 11 Maret 2009. Terdapat 2 orang informan yang dianggap cukup kompeten dan bersedia memberikan informasi mengenai keberadaan burung air di lokasi pengamatan.
Pak Kandi dan pak Uju adalah warga kampung Rancabayawak yang sudah lama tinggal di sana. Menurut beliau dahulu di sini terdapat sangat banyak jenis maupun jumlah burung air, diantaranya adalah kuntul (Bubulcus ibis), blekok (Ardeola speciosa), ayam-ayaman, kokondangan (Ixobrychus cinnamomeus), waliwis (Dendrocygna javanica) dan kowak (Nycticorax nycticorax). Luasnya areal pesawahan menjadi tempat yang cocok untuk mencari makan burung-burung ini.
Burung-burung air di sini jumlahnya dapat berlimpah saat musim panen atau saat sawah sedang di bajak, kira-kira sekitar bulan April. Menurut informasi pak Kandi burung-burung air terutama kuntul dan blekok sering terlihat menghampiri kerbau-kerbau yang sedang membajak sawah. Saat musim kerbau membajak sawah semua makanan burung air seperti katak, belut dan lintah bermunculan karena sawah sedang tergenang air. Tidak adanya padi membuat burung air lebih leluasa menangkap mangsanya di sawah.
Saat ini burung air yang lebih mudah dijumpai adalah jenis kuntul kerbau dan blekok sawah. Kedua jenis burung ini bersarang di rumpun-rumpun bambu yang dimiliki oleh seorang sesepuh di Rancabayawak, menurut keterangan pak Kandi sesepuh itu lebih dikenal dengan pak haji. Pak haji inilah orang yang menjaga keberadaan kedua jenis burung air tersebut meskipun terkadang ada saja pendapat warga yang negatif mengenai keberadaan burung ini. Umumnya warga mengeluh karena bau amis yang ditimbulkan oleh kotoran burung ini dan bangkai-bangkai ikan bekas makanan burung ini serta ketakutan warga apabila hal tersebut menimbulkan penyakit.
Lain halnya dengan pak Kandi, beliau memiliki pendapat lain, disamping menimbulkan bau yang menyengat ternyata keberadaan burung air ini memiliki peranan yang penting khususnya bagi petani. Burung ini berguna sebagai pembasmi hama alami. Hama-hama yang merusak padi seperti keong mas merupakan makanan burung ini. Petani dapat menekan pengeluarannya untuk membeli pestisida.
Populasi burung air di tempat ini menurut keterangan pak Kandi menjadi semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh adanya penangkapan yang menurut keterangan pak Kandi dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Ujungberung dan burung hasil tangkapan ini dikonsumsi untuk sendiri, tidak diperjualbelikan. Selain itu beliau juga menjelaskan dulu sebenarnya burung-burung ini tidak menetap di rumpun-rumpun bambu milik pak haji tetapi bersarang di tumbuhan walini yang ditanam di sepanjang pinggir sungai yang letaknya di sebelah timur lokasi pengamatan. Sejak dilakukan pelebaran badan sungai oleh pemerintah daerah setempat, tumbuhan walini tersebut ditebang habis sehingga memaksa burung-burung ini untuk pindah tempat dan mengurangi populasinya karena tidak semua dapat bertahan hidup saat mencari tempat bersarang yang baru.
Keberadaan burung air jenis kuntul dan blekok di Rancabayawak masih menjadi kontroversi dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Pengaruh negatif yang ditimbulkan menjadi sebuah alasan yang kuat bagi warga untuk mengusir burung ini dari habitatnya yang berdampingan dengan tempat tinggal warga. Tetapi kita tidak dapat mengesampingkan pengaruh positif dari keberadaan burung ini yang akan sangat menguntungkan jika kita tahu cara memanfaatkannya.
Informan: Pak Kandi dan Pak Uju, warga Kampung Rancabayawak

Rabu, 22 April 2015

EVOLUSI TUMBUHAN

Salah satu proses yang terjadi dalam evolusi tumbuhan adalah terjadinya evolusi pada poliploidi dan genom tumbuhan. Penggandaan genom/ poliploidi telah dan terus menjadi intisari dalam evolusi tumbuhan. Genom tanaman modern mengandung bukti dari rentetan kelipatan suatu proses poliploidi pada zaman dahulu, yang sering kali diikuti oleh suatu eliminasi penggandaan gen. Poliploidi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ekspresi gen melalui formasi dari suatu poliploidi dan proses evolusi yang berkelanjutan.

Polipliodi adalah suatu proses masa lampau dan berulang yang mendorong terjadinya berkurangnya diferensial gen. Pengertian yang mendalam mengenai poliploidi pada tingkatan molekular sudah mengalami suatu kemajuan ldalam beberapa tahun yang lalu, serentak dengan peningkatan yang bersifat eksponen dalam urutan informasi, ketersediaan informasi biologis, dan pendekatan baru untuk mempelajari ekspresi gen. Kemajuan ini  meningkatkan kesadaran kita mengenai frekwensi dan pemilihan waktu poliploidi, seperti halnya gejala seperti diplikasi gen dan gen yang hilang, dan penganekaragaman fungsional. Bersama dengan kemajuan dalam teori, perwujudan  empiris ini sudah memungkinkan lebih dahulu langkah-langkah bersifat yang sementara mengenai penghubung  antara kesadaran sistematis dan ekologis dari kelaziman poliploidi dan suatu pemahaman  mekanistis tentang penggabungan genome yang menghasilkan keanekaragaman fungsional, dan dengan demikian berperan sebagai penganekaragaman evolusiner dan spesiasi.

Studi masa depan akan menyuling perspektif  kita atas jumlah filogenetik, distribusi filogenetik, dan pemilihan waktu poliploidi selama evolusi angiosperm, dan akan menghasilkan data tepat pada sistem modern secara alami di mana poliploidi berkelanjutan, seringkali proses yang berulang. Banyak informasi terhimpun dari  berbagai sistem model tumbuhan dan  berbagai poliploid  buatan, kita akan lebih baik memahami spektrum  efek poliploidi genomik dan genik dan memperoleh tambahan pengertian yang mendalam mengenai perubahan ekspresi gen pada suatu genome dengan level luas yang mengikuti poliploidi. studi masa depan akan menyuling perspektif  kita atas jumlah filogenetik, distribusi filogenetik, dan pemilihan waktu poliploidi selama evolusi angiosperm, dan akan menghasilkan data tepat pada sistem modern secara alami di mana poliploidi berkelanjutan, seringkali proses yang berulang. Banyak informasi terhimpun dari  berbagai sistem model tumbuhan dan  berbagai poliploid  buatan, kita akan lebih baik memahami spektrum  efek poliploidi genomik dan genik dan memperoleh tambahan pengertian yang mendalam mengenai perubahan ekspresi gen pada suatu genome dengan level luas yang mengikuti poliploidi. orang akan berharap bahwa penggandaan ini, perbandingan analisa akhirnya akan memudahkan suatu kesimpulan aturan dan prinsip yang mengendalikan nasib duplikasi gen, dan akan mendorong peningkatan efek poliploidi pada evolusi dalam morfologi, karakteristik reproduktif, metabolisme dan faktor penting mengenai adaptasi dan spesiasi.

Beberapa agen evolusi tumbuhan:

  1. Evolusi konvergen

Apabila organisme yang berbeda menempati relung ekologi yang serupa (mewakili kondisi yang memungkinkan organisme dapat hidup), perkembangan morfologi mereka cenderung sama. Contohnya, kaktus di padang pasir. Fenomena ini disebut evolusi konvergen.


  1. Hibridisasi

Hibridisasi adalah agen utama dalam evolusi tumbuhan, hal ini antara lain terjadi karena campur tangan manusia dalam mengembangkan spesies tumbuhan baru yang sesuai dengan keinginan mereka. Misalnya pada gandum (Triticale sp.).

  1. Ko-evolusi

Ko-evolusi terjadi pada dua jenis makhluk hidup atau lebih dalam penyesuaian yang disebabkan tekanan seleksi yang diperlihatkan satu terhadap yang lain.

Beberapa contoh ko-evolusi antara lain:
  • Dalam reproduksi
Bunga dan polinatornya (misalnya lebah) sering melakukan ko-adaptasi, mereka mengembangkan hubungan yang saling bergantung dan bersifat mutualisme sejak 130 juta tahun yang lalu, ketika tumbuhan berbunga pertama kali muncul. Evolusi lebah sering bergantung pada evolusi tumbuhan bunga. 

  • Dalam pertahanan terhadap predator
Meskipun tumbuhan mengeluarkan sejenis zat racun untuk mengusir larva serangga yang ingin memangsanya. Tetapi, kadangkala larva tersebut bermutasi sehingga menjadi tahan terhadap racun tersebut bahkan menyimpan racun tersebut di tubuhnya untuk mempertahankan diri dari predator yang hendak memangsanya.

Selasa, 21 April 2015

FITOHORMON : AUKSIN


Hormon baik pada hewan maupun tumbuhan fungsinya hampir sama yaitu mengaktifkan suatu reaksi enzimatis. Pada tubuh hewan hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar yang khusus) tetapi pada tumbuhan tidak terdapat kelenjar khusus yang menghasilkan hormon. Tetapi persamaannya baik pada hormon tumbuhan maupun hormon hewan bekerja pada konsentrasi rendah yaitu 1 gram/ 10-8 liter. Hormon pada tumbuhan dinamakan juga fitohormon, hormon pertumbuhan, substansi pertumbuhan, atau pengatur pertumbuhan, ada yang bersifat aktivator atau inhibitor.

Auksin

Dalam tubuh tumbuhan, auksin dibentuk pada jaringan meristematis (apikal meristem), pada daun muda, pada polen yang sedang berkecambah, pada kuncup bunga dan buah yang masih muda. Prekursor hormon auksin adalah triptofan yang diubah oleh enzim dengan gugus aktif Zn (Zinc). Tumbuhan yang mengalami defisiensi Zn maka pembentukan auksin (IAA) akan terhambat.

Auksin dalam tubuh tumbuhan ditemukan bermacam-macam:
-          Auksin A (C18H32O6) dinamakan juga auxentriolic acid
-          Heteroauksin (C10H9O2N) dinamakan juga indol acetic acid
-          Auksin B (C18H30O4) dinamakan juga auxenolonic acid
Dalam tubuh tumbuhan, auksin berada dalam bentuk prekursor, auksin yang terikat dan auksin bebas. Auksin bebas merupakan auksin yang dapat berdifusi dan merupakan bentuk yang paling efektif, sedangkan prekursor dan auksin terikat dapat diubah menjadi auksin bebas.

Sifat-sifat auksin

-          Auksin terdapat secara universal berada dalam tubuh tumbuhan
-        Pengaruhnya tidak spesifik karena auksin dengan rumus molekul yang sama pada jenis tumbuhan berbeda fungsinya sama
-          Pengaruh auksin sangat bergantung pada konsentrasi dan jenis organ
-          Auksin akan menghindar dari pengaruh penyinaran langsung
-          Auksin diangkut secara basipetal yaitu dari pucuk terminal menuju akar

Derivat enzim

a.       Indol-3-asetildehida senyawa ini diidentifikasi dalam kecambah yang mengalami etiolasi dan diubah oleh aldehid dehidrogenase. Senyawa ini berfungsi seperti auksin merangsang pertumbuhan batang tetapi menghambat pertumbuhan akar
b.      Indol-3-piruvic acid ditemukan dalam biji jagung dan ditemukan juga dalam daun dan akar. Senyawa ini diubah secara spontan
c.       Indol-3-asetonitril senyawa ini diisolasi dari kubis dan hanya bekerja pada jenis tumbuhan tertentu
d.      Indol-3-etanol diisolasi dari kecambah mentimun dan senyawa ini berfungsi memperpanjang hipokotil mentimun dan koleoptil tanaman gandum
e.      Auksin terikat/bound auksin sulit untuk diekstrak dan dapat diekstrak dengan bertambahnya air oleh enzim chimotripsin atau dapat juga dihidrolisis pada suasana basa, contoh: IAA dan inocitol dengan perbandingan 1 : 1; IAA, inocitol dan arabinosa (1 : 1 : 1); indol asetil arabinosa.

Fungsi auksin

1.       Dalam tingkat sel auksin berfungsi dalam perpanjangan sel, pembelahan sel, dan diferensiasi sel dari sel yang muda pembentuk xylem berubah menjadi pembuluh xylem. Sel-sel dalam titik tumbuh tidak dapat membesar tanpa kehadiran auksin. Proses pembesaran sel oleh auksin mekanismenya sebagai berikut:

Seperti telah diketahui bahwa dinding sel tersusun oleh benang selulosa (fibril) yang letaknya saling silang dengan pektin dan protein. Keadaan ini melindungi sel dari tarikan atau regangan. Kehadiran auksin akan memecah kedudukan selulosa, pektin dan protein sehingga dinding sel menjadi lebih elastis dan plastis yang akan memberikan kesempatan kepada sel untuk membesar. Auksin berperan juga pada peningkatan tekananturgor, peningkatan tersebut akan memperbesar sel. Auksin berperan juga menyediakan bahan-bahan pembentuk dinding sel khususnya pembentuk dinding sel sekunder dan ikut aktif juga dalam memelihara permeabilitas membran sel yang akan menentukan aktivitas transportasi dari luar sel ke dalam sel. Auksin berperan juga dalam pembelahan sel pada beberapa jaringan walaupun tidak terjadi secara umum yaitu mengontrol pembelahan sel pada jaringan kambium baik pada ranting atau cabang batang dan pada tanaman herba merangsang terjadinya pembentukan xylem.

Pada tanaman gymnospermae terjadi perangsangan pembentukan zat kayu (lignifikasi) dan pembelahan sel pengiring pada floem, tetapi aktivitas tersebut harus ada aktivitas hormon lain yaitu giberelin dan sitokinin. Pada kultur jaringan dan morfogenesis sangat bergantung dari peran auksin. Auksin merangsang juga sintesis DNA dalam mitosis sedangkan sitokinin berpartisipasi dalam mitosis pada kariokinesis. Auksin merangsang pembentukan akar lateral pada akar yang mengalami pemotongan tetapi menghambat perpanjangan akar. Pembentukan akar lateral sangat bergantung dari spesies, umur tanaman, dan kehadiran hormon lain pada titik tumbuh akar. Untuk perpanjangan akar biasanya diperlukan senyawa thyamin, nitrat, amonium dan asam amino.

2.       Apikal dominan. Auksin menghambat pembentukan pucuk lateral dan merangsang pertumbuhan ujung terminal. Bila pucuk terminal dihilangkan maka akan terbentuk pucuk lateral, bila diberi lagi perlakuan auksin pada pucuk terminal yang mengalami pemotongan, pucuk lateral akan terhambat.

Pengaruh Toksik Dari Auksin

Aplikasi auksin pada konsentrasi tinggi (sektar 100 ppm) akan menyebabkan pertumbuhan yang abnormal (fasciation) umumnya akan terjadi distorsi daun (penyimpangan bentuk dan ukuran daun), hilangnya warna daun, kelainan bentuk batang dan akar, penghambatan pertumbuhan batang dan akar serta gangguan mekarnya bunga dan kadang-kadang terbentuk tumor.

Penggunaan auksin dengan konsentrasi lebih tinggi akan mampu membunuh tanaman lain dan senyawa yang secara luas digunakan adalah 2.4 diklorofenoksi acetic acid (2.4.d). Tanaman yang mengalami penyemprotan 2.4.d, senyawa tersebut akan terserap oleh daun dan dengan cepat ditranslokasi ke bagian tubuh tanaman lain khususnya ke jaringan meristem.

Sumber:
Catatan pribadi kuliah Fisiologi Tumbuhan yang disampaikan oleh Dr. H. Oman Karmana MS (Alm.)



DINAMIKA DUNIA TUMBUHAN : FAMILI TUMBUHAN KENAPA BISA BERUBAH ???

“Kok famili tumbuhan ini berubah sih....?”
“Famili tumbuhan ini udah pindah ke sini lho, jadi weh harus ganti tumbuhan buat praktikum”
“Sekarang famili tumbuhan ini jadi ini lho..!  ”oh iya??!”

Sering saya mendengar dari temen-temen maupun junior yang sedang mengambil mata kuliah taksonomi tumbuhan (Khususnya Phanerogamae) mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas. Bagi orang yang menyenangi mata kuliah taksonomi mungkin itu bukan hal yang aneh. Tapi bagi teman-teman yang baru mengenal dan kurang memperdalam tentu jadi hal yang nggak biasa. “Kenapa ya kok bisa begitu?’’
Sebelum mengetahui alasannya, baiknya kita mengenal sistem klasifikasi tumbuhan Angiospermae yang banyak dipakai dan yang digunakan saat ini (sistem klasifikasi terbaru).

Umumnya/kebanyakan, sistem klasifikasi Angiospermae yang banyak dipakai menggunakan sistem klasifikasi Cronquist (yang diperkenalkan oleh arthur Cronquist). Dasar pengklasifikasiannya berdasarkan ciri morfologi, anatomi, dan kimia. Klasifikasi Cronquist didasarkan pada dua publikasi dari Arthur Cronquist :
  • The Evolution and Classification of Flowering Plants (1968, 1988) dan
  • An Integrated System of Classification of Flowering Plants (1981).
Cronquist memasukan Taksa tumbuhan yang dipakai yaitu
Kingdom  Plantae
Divisi       Magnoliophyta
Kelas        Liliopsida/Magnoliopsida    
Ordo       ......les
Famili     ......ceae
Genus    .......
Spesies  .......
(Untuk lebih lengkapnya silahkan baca sistem klasifikasi Cronquist)

Saat ini,telah muncul sistem klasifikasi yang terbaru yaitu sistem klasifikasi yang dirilis oleh kelompok filogeni tumbuhan berbunga /APG (Angiosperm Phylogeni Group). Sistem klasifikasi ini mulai dikeluarkan pada tahun 1998 yaitu APG I, APG II pada tahun 2003, dan APG III pada tahun 2009. Sistem klasifikasi APG medasarkan pada data-data molekuler dan filogenetik (berdasarkan kekerabatan evolusioner) dari suatu tumbuhan. (Untuk lebih lengkapnya silahkan baca Sistem klasifikasi APG I, II, dan III beserta jurnalnya ^_^)

Sistem klasifikasi APG berfokus pada takson bangsa dan suku sehingga tidak berpretensi mengubah atau menetapkan takson baru. Sistem klasifikasi APG tidak lagi menjadikan satu kelompok takson tersendiri melainkan sebagai suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama angiosperms.
Misal : Klad Magnoliids
                   Bangsa Canellales
                   Bangsa Laurales
                   Bangsa Magnoliales
                   Bangsa piperales

Pada sistem klasifikasi APG ini lah banyak famili atau ordo yang berubah karena data-data pengklasifikasiannya menggunakan data-data molekuer. Sistem klasifikasi Cronquist (1981) masih banyak dipakai tetapi mulai dipertanyakan keakuratannya dari sisi filogeni terutama karena bertentangan dengan hasil-hasil penyelidikan molekular.

Jadi sebenarnya menurut saya jangan terlalu bingung ketika mendapatkan tumbuhan yang berpindah famili/ordo. Tergantung kita mau memakai sistem klasifikasi yang mana, yang penting jelas dasarnya. Apalagi untuk belajar mengenai taksonomi tumbuhan tinggi yang sebagian besar masih menggunakan ciri morfologi dan anatomi tumbuhan. Kalau ingin tahu update famili tumbuhan bisa di cek di situs “www.theplantlist.org

Intinya, Taksonomi bukan ilmu yang statis, melainkan ilmu yag dinamis. Seiring dengan penelitian, pembaruan, dan publikasi yang dilakukan oleh ahli taksonomi memperlihatkan bahwa taksonomi berkembang mengikuti perkembangan keilmuan terkini.

Semoga bermanfaat.....mohon maaf masih banyak kekurangan, dan mohon koreksinya. Mohon maaf juga sumbernya masih website.
Terima kasih sudah menyempatkan membaca...^_^

Sumber :
https://dikihafid.wordpress.com/2011/01/04/tumbuhan-berbunga/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_klasifikasi_APG_II

Kontributor :
Suroso

ENZIM

Enzim, mayoritas terdiri atas protein dan aktivitasnya sangat ditentukan oleh struktur protein tersebut. Berat molekul enzim seperti berat molekul protein berkisar antara 12000 – 1 juta. Enzim mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi. Suatu senyawa pembentuk enzim dinamakan zymogen (enzim yang belum aktif).

Pemberian nama enzim berdasarkan pada:
a.     Substrat yang terdiri dari 3 huruf diganti dengan “-ase”, contoh: selulosa → selulase
b.    Pekerjaan yang dilakukan enzim, contoh: enzim hidrogenase → peran memindahkan H2 dari substrat ke molekul lain.

Enzim berdasarkan cara kerjanya:
1.     Enzim hidrolase → enzim yang memecah substrat dengan penambahan air (tanpa air tidak akan bereaksi)
2.      Enzim desmolase → enzim yang bekerja memecahkan substrat tanpa membutuhkan molekul air.

Sifat-sifat enzim:
1.     Bersifat katalis → mempercepat reaksi dan dalam jumlah relatif kecil
H2O2  ---katalase---→ H2O + O2
Penjelasan: bahwa enzim katalase dalam 1 menit dapat mengubah 5 juta molekul H2O2 menjadi H2O + O2
2.     Enzim bersifat koloid (partikel ˂ 0,01)
Enzim di dalam sel keberadaannya dalam bentuk koloid dengan berat yang besar, misal: katalase BM (berat molekul) = 2
3.     Enzim bersifat spesifik
Enzim hanya bekerja untuk substrat tertentu, jika substrat yang sama dikatalis oleh enzim yang berbeda maka akan menghasilkan hasil yang berbeda pula
4.     Enzim dapat bekerja bolak-balik
H2O2  ---katalase---→ H2O + O2
H2O + O2  ---katalase---→ H2O2
5.     Enzim sangat sensitif terhadap pemanasan
Aktivitas enzim secara umum tidak aktif pada suhu 50˚C, dan enzim pada media cair akan hancur pada suhu 60˚-70˚C

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas enzim:
1.  Temperatur → berpengaruh langsung kepada rata-rata hasil reaksi dan secara tidak langsung berpengaruh pada enzimnya
2.      Konsentrasi hidrogen → berkaitan dengan pH, aktivitas enzim sangat dipengaruhi pH
3.      Hidrasi → meningkatnya kandungan air di lingkungan akan meningkatkan aktivitas enzim
4.   Konsentrasi enzim → aktivitas enzim meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi enzim dengan syarat pH dan temperatur tidak menjadi faktor pembatas
5.    Konsentrasi substrat → aktivitas enzim akan meningkat sejalan dengan penambahan substrat selama jumlahnya masih berada di bawah konsentrasi kemampuan maksimal enzim  untuk mengubah substrat
6.     Konsentrasi produk akhir → akumulasi hasil akhir akan menurunkan aktivitas enzim, biasanya hal ini disebabkan dengan menumpuknya hasil akhir akan menurunkan pH
7.    Adanya aktivator → senyawa tertentu dapat mempercepat kerja enzim yaitu senyawa-senyawa yang mengandung kobalt, nikel, dan magnesium
8.     Zat inhibitor → zat yang bersifat menghambat
Zat ini dapat dibedakan menjadi:
a.     Inhibitor kompetitif
Hal ini terjadi disebabkan karena arsitektur molekul substrat sama dengan arsitektur enzim

Suksinat dehidrogenase

Suksinat
-----------------------------→
Fumarat + O2

Keterangan: senyawa suksinat akan menggantikan gugus aktif enzim sehingga enzim tidak dapat bekerja
b.     Inhibitor non kompetitif
Zat inhibitor yang dapat mengubah struktur molekul enzim adalah hasil akhir reaksi yang bersifat menghambat aktivitas enzim, contoh:
-    Asetil kholin oleh kholinesterase akan diubah menjadi asetat + kholin, kedua hasil tersebut akan menghambat aktivitas kholinesterase
-        Radiasi matahari, radiasi ultraviolet akan menghambat aktivitas enzim

Enzim pada makhluk berdasarkan tempat terjadinya reaksi dibagi menjadi 2 yaitu:
1.       Eksoenzim → enzim yang berperan untuk reaksi di luar sel
2.       Endoenzim → enzim yang berperan untuk reaksi di dalam sel

Sumber: 
Catatan pribadi kuliah Fisiologi Tumbuhan yang disampaikan oleh Dr. H. Oman Karmana MS (Alm.)